Minggu, 22 Januari 2012

[One-Shoot] My (EX-s') Wedding party [Seohyun | Kyuhyun | YoonA | Donghae]


   
Genre :  One-shot, Romance
Rating :  PG-17
Word Counts : 5,135
Note : Do you still remember ‘While We Were Having Dinner‘?, one-shot ini merupakan lanjutan dari two-shots tersebut. Mengingat ada banyaknya pembaca yang meminta dibuatkan sequel dari kisah mereka, dengan sangat senang hati kubuatkan one-shot ini. So, untuk my fellow Pyro sabar dulu ya untuk lanjutan ff YoonHaenya hhhee.
Ingin tahu seperti apa akhir cerita dari Yoona dan Donghae, Juga Seohyun dan Kyuhyun. Silahkan cari jawabannya sendiri!! Happy Reading All!!!
My (Ex-‘s) Wedding Party
SeoKyu x YoonHae
Denting bunyi piano berdengung di kepala, merajai pikirannya. Ia mempercepat gerak kakinya berlari di koridor lalu menaiki anak tangga menuju lantai dua. Ia tergopoh-gopoh dan hampir terjatuh, napasnya tersengal-sengal. Tiap nada yang terdengar sudah tak asing lagi di telinga, membuatnya dihantui rasa penasaran yang teramat sangat.
Tertinggal gadis itu seorang diri, berdiri membungkuk dengan tangan bertumpu dikedua lutut. Ia pun tertawa lirih seraya mengatur napas panjang pendek yang dihembuskan. Ia mendengus dan kembali tertawa mengejek dirinya sendiri.
“Seohyun Noona, kau belum pulang?” Seorang Anak laki-laki yang merupakan anak dari salah satu penjaga sekolah lekas tersentak kaget menemukan gadis itu bersimbah peluh yang membasahi wajah.
Seohyun menggeleng, “Apa yang kau lakukan disini?” Tanyanya lalu melangkah pelan mendekati.
“Beberapa hari ini aku selalu memperhatikanmu mengajarkan para murid bermain piano. Itu sebabnya aku juga ingin sesekali coba memainkannya.” Jelas Taemin, nama anak laki-laki itu. “Tidak apa-apa ‘bukan?” Ia tampak enggan.
“Oh, tentu saja tidak apa-apa.” Sahut Seohyun segera dengan ramah. “Seohyun, kenapa kau berubah menjadi orang bodoh? Tidak mungkin Dia datang ke tempat ini lagi sejak kau mengusirnya waktu itu. Semuanya sudah berakhir, ingat itu!” Ia bicara pada dirinya sendiri di dalam hati. “Kalau begitu teruskanlah!! Aku pulang dulu. Sudah hampir jam 9 malam.” Ia mempersiilahkan lalu pamit sambil melirik ke jam di pergelangan tangan, Ia pun berlalu dari hadapan Taemin dengan raut wajah muram.
Ia bersama tas slempang yang digantung di bahu, lalu berjalan menunduk di lorong koridor yang terang karena sorot lampu neon putih terpasang sepanjang  langit-langit plavon. “Give You My All, lagu itu kami nyanyikan saat White Day Festival beberapa bulan yang telah lalu. Tepat di hari itu semuanya terbongkar dan terungkap.” Desisnya dalam hati, disempatkannya untuk menengok ke belakang memastikan bahwa memang hanya ada Taemin seorang yang duduk di dalam kelas tempatnya mengajar itu. Perlahan Ia pun mulai menjauh dan lenyap di ujung bawah anak tangga.
Kyuhyun pun menampakkan dirinya dari balik lemari besar yang gelap,  keluar  dari tempat persembunyiannya setelah berhasil menghindari Seohyun. Ia pun melengkungkan senyum simpul dari bibirnya seraya menghampiri Taemin yang tadi membantunya.
“Terimakasih!” Serunya singkat.
Taemin hanya menganggukkan kepala lalu membalas dengan senyum tipis.
← ♥→
Petang datang menjelang, pekatnya langit malam yang mendung terbentang luas menutupi daerah Seoul. Bintang pun tak bertaburan seperti hari sebelumnya, begitu juga sang rembulan yang enggan mempelihatkan kesempurnaannya di antara awan gelap nan kelabu.
Pertokoan berjejer sepanjang trotoar jalan, para pekerjanya masih sibuk menjamu para pelanggan setia yang terus saja datang silih berganti. Lampu kelap-kelip papan nama toko masih menyala memperelok warna warni pusat kota, umbul-umbul untuk promosi iklan juga masih terpasang dan kainnya melambai-lambai tertiup angin.
Tampak sebuah layar besar yang terpajang di bagian atas sebuah gedung televisi swasta, terlihat di layar kacanya sebuah iklan layanan masyarakat yang berupa sebuah himbauan agar mematuhi peraturan lalu lintas.
Terdengar suara petir bergemuruh, membuat masyarakat yang masih aktif beraktivitas menengadah menatap ke atas. Mereka sadar betul bahwa hujan akan turun membasahi kota. Orang-orang pun mempecepat langkah kaki mereka agar tidak didahului oleh air yang jatuh dari langit itu.
Keluar dari salah satu perusahan besar dan ternama, seorang gadis berjalan pelan menuruni anak tangga. Wajah tampak kusut dan ditekuk, didongakkannya kepala dan sorot mata lelahnya pun menatap langit barang sejenak.
“Sepertinya sebentar lagi akan turun hujan.” Gumamnya.
Tepat seperti dugaan, angin kencang pun kembali berhembus disertai kilat yang menyambar bersama derasnya air hujan membasahi jalanan beraspal. Seseorang dari arah belakang lekas meletakkan sweater menggantung di atas kedua belah pundaknya.
“Pakailah ini!” Ucap suara yang sudah sangat familiar itu.
Yoona pun menolehkan kepalanya untuk mencari tahu siapa gerangan pemilik suara serak yang logat Seoul-nya masih belum terlalu fasih, “Donghae Oppa!!” Sambutnya gembira disertai senyum menyeringai.
“Bukankah aku selalu datang di saat yang tepat.” Donghae membanggakan dirinya bak seorang pahlwan yang selalu memberikan pertolongan pada orang-orang.
Yoona menganggukkan kepala untuk membenarkan pernyataan Donghae saat itu. “Tentu saja Kau memang selalu datang di saat yang tepat.” Ia mempetegas kalimat itu untuk menyanjung Donghae.
“Sekarang, ayo kita pulang!” Donghae sambil melebarkan payung yang dibawanya.
“Sejak kapan Oppa membawa payung saat berpergian?” Yoona mengernyitkan dahinya heran.
“Tadi sebelum kesini aku membelinya dulu di mini market.” Donghae memberikan penjelasan seadanya.
Yoona pun menyahut dengan tawa kecil kemudian mengakhirinya dengan senyuman simpul. “Baiklah ayo kita pergi!!” Ia menuruti ajakan itu.
“Pakai dulu sweaternya! apa tubuhmu tidak merasa kedinginan?” Perintah Donghae dengan nada khawatir.
“Ah, benar juga.” Yoona baru teringat pada sweater milik Donghae itu.
“Oppa sendiri bagaimana?” Tanya Yoona segan seraya memasang sweater warna merah itu ke tubuhnya.
“Aku akan baik-baik saja. Apa kau tidak tahu, daya tahan tubuhku ini sangat kuat.” Donghae seraya mengangkat kedua lengan lalu mempelihatkan otot-ototnya yang cukup besar.
“Baiklah, baiklah. Aku percaya padamu!” Yoona yang tak mau berdebat lekas menatap lembut ke arah Donghae. “Lagipula kalau Oppa sakit, bukankah ada saja dokter yang siap merawat Oppa.” Celetuknya.
Donghae geram, “Aish  . . . Kalau aku sakit, aku ingin kau yang merawatku.” Tegasnya. Ia pun tampak salah tingkah dan sedikit grogi, digaruknya kepala lalu dialihkannya perhatian ke tempat lain. “Ayo!!!” Ia lekas berjalan mendahului sambil memegang gagang payung.
Yoona pun hanya membalas dengan senyuman tipis melihat tingkah kikuk laki-laki itu.
Mereka pun lekas berjalan berjejer di bawah payung yang siap memberi perlindungan untuk keduanya dari gerimis disertai udara dingin yang semakin menusuk menembus tulang-tulang rusuk.
“Donghae!!!” Panggil Yoona disela lengkangan kakinya melangkah.
“Hmmm . . .” Donghae hanya menyahut dengan suara dari bibirnya yang masih tertutup rapat. “Ada apa?” Tanyanya segera.
“Apa bisa kita memulai semuanya dari awal lagi?” Yoona terdengar ragu dan masih meluruskan pandangan ke arah orang-orang yang berjalan tak jauh di depannya.
“Bukankah perpisahan waktu itu adalah awal baru untuk kisah kita berdua.” Jawab Donghae dengan gontainya.
“Ne?” Yoona tak mengerti, dahinya pun dikerutkan.
“Kemarikan tanganmu!” Perintah Donghae yang sejenak menghentikan jejak kakinya melangkah di atas trotoar yang mulai basah.
Yoona pun menjulurkan telapak tangan kanannya keluar dari panjangnya lengan sweater yang tengah dikenakan. Telapak tangannya pun ditadahkan menunggu instruksi selanjutnya dari Donghae.
Donghae tak juga bicara beberapa patah kata, Ia lekas merekatkan jari jemarinya untuk menggenggam erat jari jemari gadis itu. Lalu tersenyum dengan penuh kehangatan dengan sorot mata berkilauan bak intan permata mengalahkan bintang bersinar dan pancaran aura dari wajahnya tampak bercahaya, membuat siapapun yang melihat bisa merasa ketenangan juga kedamaian. Semua hal yang membebani pikiran pun terlepaskan dan musnah dalam waktu seketika.
“Salah satu alasan kenapa aku lebih memilihmu adalah karena aku ingin menggenggam tanganmu tanpa rasa takut, bisa membalas salam orang yang menyapa kita tanpa harus bersembunyi lagi seperti dulu. Sudah sangat lama aku menunggu saat-saat seperti ini, dengan bangga ku bisa memperkenalkanmu pada mereka bahwa kau sekarang Im Yoona yang kucintai adalah kekasih sah-ku.” Donghae dengan kata-katanya mampu meluluhkan hati gadis itu.
“Sejak kapan kau mulai benar-benar mencintaiku, Oppa?” Nada bicara Yoona terdengar putus-putus. Meski sedikit bingung harus menyikapinya seperti apa, tapi lubuk terkecil dari hatinya tengah bersorak gembira karena masih ada seorang laki-laki yang dengan tulus mencintainya.
Donghae mengangkat kedua bahunya, “Entahlah, perasaan ini muncul dengan sendirinya seiring dengan berjalannya waktu, melewati pertemuan demi pertemuan denganmu. Perselingkuhanku denganmu dulu adalah dosa termanis yang tak ingin kuhapus, tak ingin lagi ku melakukan kesalahan yang mengakibatkan sebuah penyesalan.”
“Dosa termanis?” Yoona baru teringat akan perselingkuhannya di masa lalu.
Donghae menganggukkan kepalanya mantap.
“Semuanya berlalu begitu cepat.” Ungkap Yoona.
Ia pun tersenyum lebar melengkung, air matanya tumpah karena terharu. Diciumnya segera laki-laki itu, payung pun terlepas dari genggaman Donghae lalu terbang terbawa angin. Sejenak hujan mengguyur membasahi baju yang dikenakan juga sweater lalu merembes menembus tubuh mereka, meskipun udara dingin membekukan tubuh tapi sentuhan bibir berhasrat penuh dengan gairah itu mampu membinasakan dan memusnahkan semua yang coba menghalangi.
Orang-orang yang berlalu-lalang disekitar pun tak terlalu menaruh peduli atau pun mengambil perhatian pada asmara yang tengah berjolak di hati keduanya. Para pejalan kaki itu tetap fokus di tujuan dan bergegas untuk menghindari hujan.
Diantara mereka tampak Seohyun yang berdiri di seberang jalan, Ia berteduh di bawah halte bis menunggu hujan berhenti. Ia menyempatkan diri untuk menengok sebentar pasangan kekasih yang tak wajahnya tampak samar-samar itu karena masih sangat asyik memadu kasih. Ia pun tertegun, “Sungguh bahagianya mereka, ciuman itu hanya mengingatku pada Kyuhyun saja. Ciuman pertama dan juga terakhir.” Batinnya miris. Pandangannya pun lekas dialihkan pada penjual panganan bergerobak, tercium aroma Tteokbokki yang sedang dipanaskan. Ia pun menghela napas, “Bagaimana mungkin, kemana pun aku melangkah selalu saja ada hal yang mengingatkanku pada Kyuhyun Oppa.” Ia menggelengkan kepala sambil tertawa perih. “Bantu aku menghapus jejakmu dari kehidupanku, Oppa.” Didongakkannya kepala menatap langit, tempias air hujan yang turun pun jatuh lembut menerpa wajahnya.
Di sampingnya setelah dua orang lain yang ikut berteduh disana, tampak seorang laki-laki yang sejak tadi terus saja mengikuti dan mengekor dari belakang. Ia tak bisa melepaskan pandangannya dan terus saja melihat tiap gerak-gerik gadis itu. Kyuhyun pun bergegas menyusul, mendapati Seohyun beranjak dari tempat pemberhentian bis. Mereka pun berjalan beriringan di trotoar yang basah dan licin karena hujan yang telah berhenti.
← ♥→
“Kebetulan bulan depan akan ada pesta pembukaan untuk salah satu bangunan baru di Namsan Tower. Jadi pihak kami meminta paduan suara dari sekolah Anda untuk menyanyikan beberapa lagu wajib untuk memeriahkan acara tersebut.” Seorang Manager tengah berbincang dengan Seohyun disalah satu meja di restoran yang juga merupakan bagian dari N Tower itu.
“Kalau aku boleh tahu Bangunan apa yang akan ditambahkan di tempat ini?” Seohyun penasaran seraya melirik ke sekeliling tower.
“Gedung Theater. Jadi rencananya nanti bangunan itu akan dijadikan sebagai pementasan drama musical.” Jelas sang Manager yang ikut ambil peran dalam event penting itu.
“Benarkah? Aku sangat suka menyaksikan pertunjukan drama musical. Mungkin nanti kalau Gedung itu sudah dibuka aku akan menyempatkan diri untuk berkunjung ke sana.” Seohyun tampak begitu ramah, sesekali Ia meminum kembali teh gingseng yang dipesannya.
“Kalau begitu aku permisi dulu, terimakasih atas waktu yang sudah kau luangkan Nona Seohyun.” Manager wanita yang tampak masih muda itu lekas berdiri lalu mengulurkan tangannya untuk berjabatan.
“Oh, saya juga sangat berterimakasih atas kesediaan Anda mengundang paduan suara dari sekolah kami. Sungguh suatu kehormatan dari sekian banyaknya sekolah musik, tapi hanya sekolah kami yang diminta untuk hadir mengisi acara.” Seohyun juga segera bangkit dari duduk dan melupakan tehnya barang sejenak untuk menjabat tangan wanita itu.
“Sampai jumpa lagi.” Wanita dengan rambut pendek dan masih mengenakan seragam kerja itu pun membungkukkan punggungnya.
“Baiklah, sampai jumpa lagi.” Seohyun balas membungkuk untuk memberikan hormat. Napas perlahan dihelanya, membiarkan wanita yang sikapnya begitu dingin dan tegas itu berlalu dari hadapannya. Digantungnya tas slempang di bahu, Ia pun juga beranjak dari restoran yang terletak di lantai 3 Namsan Tower. Dilangkahkannya kaki dengan gontai diantara para pengunjung lain yang mulai berdatangan memadati tempat itu. Dilenggokkannya kepala untuk melonggarkan otot-otot leher yang terasa kaku.
Ia pun terhenti melihat Museum boneka yang juga menjadi salah satu objek wisata menarik yang patut dikunjungi. Dilihatnya sekilas langit sore yang cerah di luar sana, dengan pasti Ia segera berputar haluan lalu memasuki sebuah tempat yang banyak terdapat boneka beruang berbagai bentuk di dalamnya. Kejenuhan serta penat pun hilang dalam sekejap, Ia tersenyum manis seperti anak kecil yang baru mendapat hadiah dari orang tuanya.
Terus digerakkannya kaki perlahan melihat-lihat tempat itu. Disana ada terdapat boneka beruang yang menyerupai replica lukisan Monalisa. Museum itu sendiri terdiri atas dua buah ruang pameran, dan ada seribu jenis boneka beruang dipamerkan termasuk 23 buah boneka beruang yang bersejarah lebih 100 tahun. Di sana, para pengunjung dapat mengetahui bagaimana kota Seoul berkembang dan mengubah penampilannya dari masa lalu hingga sekarang lewat sejumlah kejadian utama yang diekspresikan oleh boneka beruang Teddy.
← ♥→
Di sisi lain dari tempat itu, diantara para wisatawan asing juga para pengunjung yang datang dari belahan dunia lain tampak Yoona dan Donghae. Mereka berdiri melihat sekelompok boneka beruang berpakaian casual shirt tengah berbincang di dekat air mancur sebuah taman. Semua boneka itu bergerak seperti manusia pada umumnya, membuat orang-orang yang berdatangan terus merasakan takjub akan kecanggihan yang ditunjukkan.
Diantara boneka-boneka yang tengah dilihatnya, Yoona tertarik pada sekelompok boneka beruang yang tengah menyatakan maksudnya pada salah satu boneka beruang berpakaian perempuan. Ada empat boneka beruang tengah berdiri berjejer seraya memegangi banner yang terbuat dari papan triplek. Masing-masing dari boneka beruang tadi memeganggi banner dengan tulisan berbeda, kalau digabungkan tulisannya akan menjadi ‘Would You Marry Me?’. Gadis itu terus berdecak kagum. Di depan ke empat boneka beruang itu ada juga boneka beruang berpakaian menyerupai laki-laki, boneka beruang itu juga memegangi banner tapi tulisannya tak terlihat karena tengah membungkuk. Perlahan boneka itu meluruskan kembali pinggangnya lalu memperlihatkan tulisan yang tertera di sana. “Im Yoona??” Gadis itu pun mulai bingung. “Apa boneka beruang yang perempuan itu juga bernama Im Yoona?” Pikirnya. “Kalau digabungkan semuanya, Would you marry me, Im Yoona?” Ucapnya ragu. “Wah romantis sekali kalau ada seseorang yang melamarku seperti ini.” Ia bertepuk tangan gembira. “Ya coba kau lihat boneka-boneka beruang itu!!” Pintanya pada Donghae yang tiba-tiba menghilang dan tak diketahui keberadaannya. “Ya, Lee Donghae Oppa!!” Panggilnya lagi. “Kemana dia pergi?” Ia mulai kebingungan, perhatian pun kembali dialihkannya untuk melihat tingkah lucu boneka-boneka beruang itu. Ia terkejut mendapati wajah Donghae berdiri di belakang penutup kaca yang menjadi tempat boneka-boneka itu dipajang.
“Donghae, apa yang kau lakukan?” Ia tak mengerti.
Donghae hanya diam dan bicara melewati matanya seraya memperlihatkan sebuah cincin. “Kau mau menikah denganku, Im Yoona?” Bisiknya.
Yoona pun tersenyum sumringah, Ia tak percaya bahwa sekarang laki-laki itu tengah mengajukan lamaran padanya. Ia lekas melangkah untuk mendekati Donghae, “Jadi boneka beruang tadi  . . .”
“Aku yang mengatur semuanya.” Jelas Donghae singkat.
Mereka pun berdiri berhadapan, Donghae masih menanti jawaban.
“Kurasa aku tak perlu berpikir dua kali lagi memantapkan hati untuk menerima Oppa menjadi suamiku.” Yoona disertai dengan nada bercanda.
Donghae menyambutnya dengan tawa kecil, Ia segera melingkarkan cincin itu di jari manis Yoona yang tengah tersenyum malu-malu dan rona merah mulai menutupi kedua pipinya. Ia pun lekas memeluk dan membenamkan tubuh gadis itu dalam dekapan kasih sayang diiringi sebuah senyum penuh kemenangan karena maksudnya tersampaikan dan berakhir seperti yang sudah direncanakan.
← ♥→
Dari kejauhan Seohyun berdiri terpaku tepat di depan sebuah boneka beruang raksasa, Ia tertegun dan kembali melekungkan bibirnya tersenyum miris. Perasaan iri pun mulai merasuki jiwa, melihat sepasang kekasih tengah berpelukan di ujung sisi ruangan dikelilingi dengan boneka beruang terpajang dalam lemari juga kotak kaca.
“Baru beberapa hari yang lalu aku menemukan sepasang kekasih tengah berciuman di trotoar jalan. Hari ini aku harus melihat lagi sepasangan kekasih berpelukan. Sungguh irony, karena sampai detik ini aku masih belum bisa mendapatkan seorang pun kekasih.” Ia menghela napas dan masih belum menyadari sepasang kekasih yang akhir-akhir ini dijumpainya adalah Yoona dan Donghae. Dialihkannya segera perhatian melihat ke sisi lain, tubuh pun diputarnya berlawanan arah dengan pasangan yang masih asyik dengan urusan mereka. “Andai saja ada seorang ilmuwan yang bisa membuat mesin waktu, aku ingin kembali ke masa dimana aku meminta Kyuhyun untuk pergi menjauh dariku. Saat itu aku ingin berlari mencegahnya, lalu memohon agar dia tetap disampingku. Tapi semuanya sudah terlambat.” Gumamnya dalam hati. Langkah kakinya yang ringan mulai elong karena ada sesuatu yang tengah dilamunkan. Ia pun tak begitu memperhatikan apa yang ada di depannya.
Terlihat juga Kyuhyun bersama beberapa bawahannya sedang observasi salah satu bagian dari bangunan di dalam N Tower yang akan dijadikan sebagai Gedung Theater. Ia berhenti mendadak, membuat para pekerja yang mengekor di belakang bertanya-tanya. Senyumnya melebar dengan mulut sedikit terbuka dan raut wajah berseri-seri, Ia tak menyangka akan melihat Seohyun di Museum Boneka. Ekpresi wajah itu berubah sekejap karena Ia mulai ragu untuk menghampiri gadis itu, takut gadis itu tak menerima kehadirannya.
Tampak disana dua pesuruh tengah mengangkat sebuah cermin besar, mereka melangkah dengan hati-hati menerobos para pengunjung yang lekas menghindar untuk memberikan jalan. Di waktu bersamaan beberapa anak kecil saling berkejaran dan tak peduli pada apapun yang berada di sekitarnya. Mereka pun terus saling melempar tawa juga kalimat-kalimat ejekan dan tanpa sengaja menabrak dua pesuruh itu.
Seohyun yang berada tepat di dekat cermin langsung berteriak terkejut karena cermin itu akan jatuh menimpanya. Kyuhyun pun dengan sigap berlari bak seorang satria mengenakan baju berlapis baja untuk menyelamatkan wanitanya. Ia segera mendekap Seohyun dan melindungi gadis itu dengan punggungnya, beruntung mereka berhasil menghindar dari kepingan-kepingan kaca yang akan menghujani keduanya. Orang-orang pun lekas berlarian ke tempat kejadian untuk mencari tahu. Anak-anak kecil yang tadi berlarian pun menangis ketakutan, para Orang tua bergegas menenangkan anak-anak mereka yang telah berbuat gaduh.
“Apa yang terjadi?” Yoona dan Donghae ikut penasaran, mereka bergerumbung diantara orang-orang yang hanya bisa diam menonton.
Kyuhyun tampak panik mendapati Seohyun pingsan, beberapa kali Ia menepuk pelan pipi gadis itu. Ia pun bergegas membopong lalu mengangkat tubuh Seohyun, berjalan dengan cepat menuju rumah sakit terdekat. Hanya tampak punggungnya dari belakang, membuat Yoona dan Donghae tak mengetahui identitas orang-orang yang sebelumnya sudah mereka pernah kenal, mereka pun hanya bisa saling memandang dan turut prihatin. Para pengunjung yang tadi bergerumuk, lekas berhambur menjauh dari TKP kembali pada kegiatan masing-masing.
← ♥→
“Beruntung gadis itu tidak apa-apa. Dia hanya sedikit shock, makanya pingsan. Mungkin sebentar lagi dia akan sadar.” Ucap seorang Dokter paruh baya yang tengah menangani Seohyun.
“Oh, kalau begitu terimakasih.” Kyuhyun lalu membungkukkan punggung, mempersilahkan sang Dokter untuk beranjak.
Tertinggal di kamar yang tak begitu luas, dimana hanya ada sebuah ranjang juga lemari kecil penyimpan pakaian serta beberapa buah bangku untuk penunggu pasien. Diselimutkanya segera tubuh gadis itu menggunakan jas yang tadi melapisi kemeja kerjanya. Ia pun duduk di sisi ranjang, dihelanya napas dan perasaannya pun tenang meski hanya dengan menatap wajah seorang gadis yang masih menjadi pemilik hatinya.
“Bagaimana kabarmu? Kau baik-baik saja bukan? Selama ini aku selalu mengikutimu diam-diam, apa kau tahu betapa rindunya aku untuk berada di dekatmu seperti ini?” Kyuhyun coba menghibur dirinya sendiri. Perlahan dibelainya dengan lembut pipi Seohyun, lalu Ia pun tersenyum tipis melihat raut wajah gadis itu tampak seperti seorang bidadari yang sedang tertidur.
Tiba-tiba seseorang datang mengganggu kebersamaan mereka, “Maaf Pak, tapi kita harus segera kembali ke Namsan Tower. Masih banyak hal penting yang harus diselesaikan.” Salah satu Sekretaris pribadinya dengan sopan coba memberitahukan.
“. . . . Kau keluar saja dulu, aku akan segera menyusul.” Perintah Kyuhyun dengan nada tegas.
“Aku mengerti.” Sang Sekretaris yang umurnya terpaut beberapa tahun di atasnya itu segera membungkuk lalu keluar dari tempat yang cukup menyesakkan karena aroma obat-obatan.
“Aku pulang dulu! Semoga kau cepat sadarkan diri.” Kyuhyun tersenyum tulus, dilandaskannya kecupan lembut yang cukup lama di kening Seohyun. Dilepaskannya perlahan lalu menyempatkan matanya sejenak untuk kembali menatap gadis itu kemudian menjauh, membiarkan Seohyun seorang diri berisirahat dengan tenang tanpa adanya gangguan.
Gadis yang masih terbaring tak berdaya itu membuka kedua kelopak matanya pelan-pelan, penglihatannya pun masih buram menatap langit-langit kamar dan tubuhnya juga masih terasa lemah tak bertenaga. Ia pun bangkit dari rebahannya, “Dimana aku?” raut wajahnya bingung. Ia semakin heran menemukan jas yang tadi menyelimuti tubuhnya, coba diingatnya lagi apa yang telah terjadi. Dibolak-baliknya jas warna abu-abu itu, Ia pun terpekik menemukan inisial nama yang tertulis di leher jas. Matanya dibelalakkan untuk melihat jelas huruf-huruf itu, “Hyun!!!” Serunya. “Bagaimana mungkin?” Pikirnya. “Laki-laki yang tadi menyelamatkanku adalah dia.” Ia tak percaya. “Ada sangat banyak orang dengan akhiran Hyun di Korea.” Ia tertawa mengejek dirinya sendiri.
← ♥→
Rambutnya yang bergelombang terurai dihiasi kerudung panjang terbentang, senyumnya pun merekah lebar melihat dirinya sendiri yang terpantul dalam cermin. Kebahagiaan juga kegembiraan yang tiada tara, terlukis jelas dari mimic wajahnya yang berbunga-bunga. Gaun pengantin warna putih dengan motif bunga violet yang merupakan lambang dari kesetiaan, kerendahan hati juga kesucian cinta.
Ia lekas berbalik dan bersiap menunggu sang mempelai pria memberikan pendapat pada keindahan dirinya. Tirai pun dibuka perlahan, jantungnya berdebar semakin cepat. Ia sudah tak sabar lagi menanti respon dari Donghae yang juga sudah mengganti setelan jas kerjanya dengan tuxedo putih pernikahan.
Laki-laki itu menyambut dengan sebuah senyum melengkung, berdecak kagum pada kecantikan sang calon mempelai wanita yang tiada duanya.
Yoona pun tersenyum malu-malu, pipinya merona merah delima. Bibirnya yang tipis dilapisi lipstick warna merah jambu, wajahnya putih bersih seperti mutiara tanpa bercak noda sedikit pun. Kaki pun dilangkahnya untuk mengampiri sang kekasih, “Bagaimana?”
“Aku tak tahu lagi kalimat apa yang pas untuk menggambarkan keindahanmu. Karena kau lebih dari sempurna!!” Donghae melontarkan pujiannya.
Yoona pun menyambutnya dengan tawa mengekeh,  “Apa perkataan itu benar-benar tulus dari lubuk hatimu, Oppa.” Dilihatnya raut wajah Donghae yang tak berubah ekpresi seperti laki-laki pada umumnya yang langsung tercengang saat melihat gadis cantik, tapi kekasihnya itu hanya bisa memasang wajah datar.
Sekarang giliran Donghae mengekeh, “Tentu saja.” Sahutnya meyakinkan. “Bagiku kau akan selalu menjadi pengantin tercantik sekalipun saat pernikahan kau hanya mengenakan piyama.” Ia dengan nada bercanda. “Bagaimana kalau kita berphoto?” Ajaknya. Diambilnya segera i-phone dari balik saku jas lalu berdiri tepat disamping Yoona dan menempelkan pipinya di pipi gadis itu.
Mata keduanya pun lekas mengarah ke kamera, bersiap untuk pengambilan self camera, “1, 2, 3  . . . Kimchi!!!!!!!!!!” Seru mereka serentak lalu tersenyum lebar dengan mempelihatkan gigi yang putih.
Donghae pun mengakhiri sesi berphotonya itu dengan melesatkan ciuman singkat di pipi Yoona. Mereka pun lekas saling melempar tawa, Yoona segera mencubit gemas pinggang pujaan hatinya. Terus saja mereka terlarut dalam suasana menjelang akhir dari hubungan mereka sebagai sepasang kekasih dan awal baru dari kehidupan berumah tangga.
“Apa tidak apa-apa kita mengundang Seohyun dan Kyuhyun datang ke pernikahan?” Yoona sedikit ragu.
“Tentu saja tidak apa-apa.” Sahut Donghae segera.
“Baiklah, kalau begitu aku akan mengundang mereka berdua.” Akhir Yoona.
 ← ♥→
Beberapa hari berlalu, jas yang sudah dicuci bersih itu digantung dekat jendela agar tidak berbau apek. Seohyun pun memanfaatkan waktu liburnya dengan bermalas-malasan di tempat tidur, Ia berbolak-balik mencari posisi yang nyaman sambil membaca buku biography. Sinar sang mentari yang cukup terik di siang itu menembus masuk melalui kaca-kaca jendela.
Tenggorokannya pun mulai terasa kering, camilan biscuit di atas ceper juga sudah habis dilahapnya. Ia lekas bangkit dari tiarap, dipasangnya segera sandal boneka yang biasa dijadikan sebagai alas kaki dalam rumah. Dilangkahnya kaki keluar dari kamar, perhatiannya beralih pada selembar undangan yang terselip di bawah pintu depan. Diambilnya segera undangan itu, lalu ditelitinya dengan seksama. “Im Yoona dan Lee Donghae!!!” Ia terperangah tak percaya bahwa nama calon pengantin pria dan wanita adalah dua orang yang dulu pernah dikenalnya. “Mereka berdua, sejak kapan?” Tanya merasuk benaknya, dahi pun dikernyitkan. “Ah, White Day Festival!!!” Ia baru teringat, “Apa mungkin sejak saat itu mereka mulai dekat?” Terkanya lalu memalingkan tubuhnya menjauh dari ruang tamu menuju dapur.
Di saat yang sama, Kyuhyun juga baru pulang dari kantor yang lebih banyak menyita waktu santainya. Raut wajahnya sedikit bingung, dibungkukkannya badan untuk meraih undangan yang juga terselip di bawah pintu. Dilemparnya segera tas kerja ke atas sopa, kakinya terus bergerak perlahan. Dilonggarkannya dasi yang melingkar dan terasa mencekik leher, lalu dihempaskannya tubuh di sopa panjang depan televisi. Keringat membasahi dahi, kegerahan musim panas mulai dapat dirasakan. AC pun segera dinyalakan untuk menyejukkan ruangan. Barulah Ia membaca undangan yang tadi ditemukannya. “Undangan pernikahan siapa ini?” Tanyanya lalu membuka plastic pembungkus undangan. “Im Yoona, Lee Donghae!” Kyuhyun terpekik. “Bagaimana mungkin mereka berdua menikah?” Ia masih belum yakin lalu memperhatikan dengan seksama photo Yoona dan Donghae yang juga dicetak di balik undangan. “Sepertinya ini memang mereka berdua.” Ucapnya heran. “Tapi Sejak kapan?”
Kyuhyun dan Seohyun serentak mengetuk dagu, siapa yang menduga bahwa orang yang dulu menjalin kasih dengan mereka dan tersakiti karena perselingkuhan justru sekarang kedua orang itu yang akan menikah. Mereka pun hanya bisa menghela napas seraya menggelengkan kepala, “Yoona dan Donghae menikah!!!” Desis mereka bersamaan di apartment yang berbeda.
← ♥→
Gaun panjang tanpa lengan berwarna coklat keemasan dibalut kain transparan di bagian atasnya dan membentuk bunga mawar yang sudah dineci agar tampak rapi. Rambut panjangnya pun digulung ke atas, membuatnya tampil elegan. Wajahnya dilapisi polesan make up yang tak terlalu tebal,  membuat Seohyun tampak semakin anggun dan begitu cantik. Pesona dari pancaran parasnya yang rupawan membuat siapapun yang melihat terkesima. Ia dengan mengenakan sepatu high heels melangkah pasti memasuki gedung dimana pesta resepsi pernikahan digelar.
Tepat di depan pintu masuk, Ia terhenti sejenak matanya tak berkedip sedikitpun mendapati Kyuhyun tengah berdiri di hadapannya dengan mengenakan tuxedo hitam dipadu padankan dengan dasi kupu-kupu. Mereka pun saling memandang untuk waktu yang cukup lama, dan lupa pada tujuan datang ke tempat itu.
“Hai!!” Sapa Kyuhyun. “Apa kabar?” Ia tampak canggung lalu membungkuk.
“O, Hai!!” Seohyun juga sedikit kikuk lalu membalas dengan membungkukkan punggungnya.
“Ayo masuk!!” Ajak Kyuhyun.
Seohyun mengangguk.
Serentak mereka memasuki aula gedung, yang sangat luas itu. Terdapat sebuah altar dimana Yoona dan Donghae sudah berdiri di depannya untuk mengikat janji setia seumur hidup. Para tamu undangan pun lekas bertepuk tangan, turut berbahagia atas keduanya. Duduk Seohyun dan Kyuhyun di satu meja yang sama, mereka tak juga saling bicara hanya diam membisu seribu bahasa. Mulut mereka terkunci rapat dan terasa membeku seakan sulit untuk berucap. Pandangan mereka pun kosong menatap kedua mempelai yang masih saling melontarkan sumpah di hadapan pastur.
“Tidakkah kau merasa ini sangat lucu, karena dulu mereka adalah orang yang bakal menjadi pendamping hidup kita. Sekarang kenyataannya berbanding terbalik, Tuhan mempunyai rencananya sendiri dari takdir hidup manusia.” Kyuhyun membuka pembicaraan.
“Aku sendiri juga tidak pernah menyangka sebelumnya akan ada akhir cerita yang seperti ini.” Seohyun masih tak percaya. “Aku hanya ingin tahu sejak kapan semua ini bermulai?”
“White Day Festival?? Atau mungkin sebelum itu. Mungkinkah mereka juga memiliki kisah yang sama seperti awal pertemuan kita waktu itu?” Kyuhyun coba menebak.
“Aku juga pernah berpikir demikian. Tepat pada hari itu, dimana semuanya terungkap. Kita belum sempat menanyakan kenapa Yoona dan Donghae juga ada disana berduaan, apa mungkin mereka juga berjanji untuk bertemu disana sama seperti kita?” Seohyun menduga-duga.
Kyuhyun lekas menghela napasnya, “Siapa yang tahu? Hanya mereka juga Tuhan, lagipula sekarang mereka terlihat sangat bahagia. Bukan begitu?”
Seohyun mengangguk untuk membenarkan, “Benar. Mereka terlihat jauh lebih bahagia dibandingkan saat bersama kita.” Ia pun lekas meneguk segelas wine untuk menyegarkan tenggorokannya yang kering karena terus bicara. “Bagaimana denganmu sendiri?” Ia mengganti topic pembicaraan.
“Sejak kau campakkan aku waktu itu, aku tidak pernah bertemu dengan gadis manapun lagi. Waktuku lebih banyak untuk pekerjaan.” Kyuhyun dengan nada bercanda.
“Mencampakkanmu???” Seohyun menyangkal.
“Bukankah kau sendiri yang memintaku untuk jangan menemuimu lagi.”
Seohyun tertawa kecil, “Saat itu emosiku sedang labil, kalau saja saat itu kau tetap memohon padaku untuk tinggal disampingmu mungkin aku akan mempertimbangkannya.” Ungkapnya.
“Kalau begitu, bagaimana kalau aku memohonnya sekarang?” Raut wajah Kyuhyun berubah serius.
Seohyun pun lekas menyunggingkan bibirnya kecil, senyuman kilat itu dilesatkan untuk mengakhiri pembicaraan. “Tidak. Terimakasih.” Ia masih saja lebih mementingkan harga diri dan jual mahal. Ia segera bangkit dari duduk untuk menghampiri Yoona dan Donghae yang baru saja selesai melaksanakan akad nikah dan sekarang bersiap melakukan pemotretan seraya menyalami para tamu undangan yang datang silih berganti, Kyuhyun pun lekas menyusul dan mengikuti dari belakang.
“Kalian datang rupanya!! Terimakasih karena sudah meluangkan waktu untuk pergi ke pernikahan kami.” Sambut Yoona yang juga tampil molek dan begitu manis mengenakan gaun pengantin, disampingnya berdiri Donghae mengenakan tuxedo putih yang segera menjabat tangan Kyuhyun.
“Selamat atas pernikahan kalian.” Ucap Seohyun dan Kyuhyun serentak.
“Lalu kapan kalian akan menyusul?” Yoona bergurau diiringi tawa.
Kyuhyun dan Seohyun pun saling memandang lalu tersenyum perih. “Tidak perlu khawatir, kalau tanggalnya sudah ditetapkan kami pasti akan mengundang kalian.” Sahut Kyuhyun mantap. Seohyun pun kembali mengerlingkan matanya ke arah laki-laki yang asal bicara tanpa berpikir dulu itu.
“Ayo kita photo bersama!!” Ajak Donghae.
“Oh Baiklah!!” Seohyun dan Kyuhyun mengiyakan dengan ramah.
Mereka lekas mengambil posisi, Seohyun berdiri di samping Donghae sementara Kyuhyun berdiri tepat di samping Yoona. Bibir mereka pun dilengkungkan membentuk sebuah senyum ketulusan, kebahagian tengah menyelimuti semua yang hadir memberikan restu. Tampak seperti tidak terjadi apa-apa sebelumnya, mereka pun saling melempar tawa untuk memecahkan suasana tegang yang sempat singgah.
← ♥→
Kaki terasa berat untuk dilangkahkan, ingin rasanya mereka mengungkap perasaan yang selama ini terpendam. Udara malam yang dingin pun berhembus, menghilangkan rasa gerah. Mereka kembali terdiam seraya menjauh dari halaman depan gedung resepsi pernikahan. Mereka berjalan berlawanan arah saat berada di ujung jalan, tak ada salam perpisahan hanya senyuman tipis yang sedikit dipaksa untuk menyembunyikan gejolak di dalam dada.
Keduanya pun semakin menjauh, Seohyun menyempatkan diri sejenak untuk menengok ke belakang berharap Kyuhyun memanggil, begitu juga sebaliknya.
“Untuk apa mesin waktu, kalau aku masih punya kesempatan memperbaiki kesalahanku di masa lampau. Bukankah ini adalah jalan dari Tuhan untuk mempersatukan kami kembali.” Pikir Seohyun. Ia pun segera berbalik lalu berlari sekencang-kencangnya, tak peduli pada sepatu high heels yang menyulitkan dan menyakiti kakinya. “Kyuhyun Oppa!!” Panggilnya segera.
Kyuhyun pun berbalik dan pasrah saja saat Seohyun mendekap erat tubuhnya. “Bisa tidak kau kembali memintaku untuk tetap di sisimu seperti waktu itu?” Pinta Seohyun merautkan wajah polos nan lugu dan masih tak mau menodai harga dirinya.
Kyuhyun menyambutnya dengan tawa lepas, “Bagaimana mungkin aku mencintai gadis sepertimu.” Ia gemas lalu mencubit pipi Seohyun.
“Ne!!”
“Baiklah kalau itu yang kau inginkan.” Kyuhyun menuruti. “Seohyun, apa kau bersedia untuk menjalin hubungan lagi denganku? Sebagai kekasihku yang sah bukan lagi sebagai selingkuhanku.”
Seohyun pun lekas mengangguk dengan yakin, lalu Kyuhyun menirukan gaya anggukan gadis itu untuk mengejeknya.
“Kyuhyun Oppa!!” Geram Seohyun seraya memukul pundak laki-laki yang masih memeluk tubuhnya dengan manja.
“Kau tahu betapa aku sangat rindu padamu meskipun setiap hari aku melihatmu.” Ungkap Kyuhyun tanpa sadar
Secara tidak langsung membuat Seohyun tahu bahwa selama ini memang laki-laki itu yang selalu mengikutinya. Ia pun tersenyum lebar mendapati nama insial Hyun tertulis di balik leher jas yang tengah dikenakan Kyuhyun. “Ternyata orang itu memang kau.” Desisnya gembira.
“Sekarang, ayo kita pergi!!” Ia seraya menarik pergelangan tangan gadis itu.
 “Orang yang waktu itu memainkan piano di sekolah adalah kau, bukan begitu Oppa?”  Seohyun dengan yakinnya.
“Tentu saja bukan, tapi Taemin.” Kyuhyun masih saja coba bergeming.
“Taemin!!” Seohyun tersentak. “Sejak kapan kau tahu bahwa anak penjaga sekolah itu adalah Taemin? Aish . . . berbohong seperti apapun kau pasti akan ketahuan.” Ia menggoda laki-laki itu. “Aku tahu betul seperti apa ciri permainan pianomu, untuk bagian Mi kau pasti akan merendamnya lebih lama.” Sambungnya yakin.
 “Hhheee. . .” Kyuhyun tersenyum malu-malu karena rahasianya sudah terbongkar. “Kalau begitu, bagaimana setelah para muridmu menyanyi kita juga menyumbangkan suara kita untuk berduet?” Ajaknya.
“Para Murid? Bagaimana Oppa tahu kalau Para Murid di sekolahku diundang menjadi salah satu pengisi acara di pembukaan Gedung Theater?” Seohyun terus saja terkejut.
Kyuhyun tersipu, “Kebetulan Perusahaanku yang membiayai pembangunan gedung Theater di Namsan Tower. Dengan begitu kita tidak perlu takut lagi kehabisan tiket pertunjukan.” Jelasnya.
“Bukankah, kalau bukan karena kehabisan tiket waktu itu. Kita tidak mungkin bisa sampai sedekat ini.” Sahut Seohyun.
“Benar juga.” Kyuhyun tertawa kecil untuk membenarkan. “Sekarang mau kemana kita?” Ia menirukan cara bicara kartun Dora.
“Mau kemana kita? Rumah Nenek.” Seohyun terbawa dengan gaya bercanda Kyuhyun.
“Mari kita tanya peta!”
“Peta? Untuk apa? Sekarang sudah bukan zamannya lagi menggunakan peta. Gunakanlah GPS!” Seohyun menutup gurauannya.
Mereka dengan saling bergandengan tangan terus saja berjalan, langkah kaki pun terasa ringan saat seseorang yang diinginkan sudah berada di genggaman. Mereka bergerak maju melintasi trotoar jalan raya yang tampak sepi, melewati taman pusat kota dimana ada air mancur di tengah-tengahnya. Sesekali mereka saling bersenda gurau disertai obrolan kecil agar tak merasa jemu di bawah gelapnya langit malam yang tampak cerah karena banyaknya bintang kelap-kelip menghiasi.

1 komentar:

  1. kayaknya aku kenal konfliknya.. waah nggak nyangka.. nemuin cerita sekuelnya cara random ginii... daebakk..!! ^^,

    BalasHapus