Senin, 06 Februari 2012

7 Years Of Love | SeoKyu [One-Shoot]






Cast :
# Cho Kyuhyun
# Seo Joohyun
Genre : Sad Romance
Lenght : 1 shoot
Cantik. Itulah dia. Gadis yang tengah terbaring lemah dihadapanku. Entah mengapa saat dia tak sadarkan diri cukup lama, aku masih melihatnya seperti tengah tersenyum padaku. Senyum yang dulu selalu kulihat saat kedua matanya yang bening menatapku.
“Seohyun-ah ireona! Aku merindukanmu.” Ucapku padanya untuk yang kesekian kalinya. Aku selalu meyakinkan diriku setiap aku mengucapkan kata-kata itu dia akan mendengarkannya. Aku merindukannya. Benar-benar merindukannya. Mianhae, saat itu aku yang salah.
# FlashBack #
Sesekali aku melirik jam tanganku berharap waktu bisa berhenti berputar detik ini juga. Aku lelah dengan semua pekerjaanku. Selalu seperti ini. Rapat yang harusnya sudah mulai sejam yang lalu baru dimulai sekarang. Kapan akan selesainya? Hari ini aku ada janji dengan Seohyun kekasihku, untuk merayakan hari jadi kami yang ke-enam.
Aku melirik lagi jam tanganku. Sebentar lagi jarum jam menunjukkan angka 8, otteohke? Aku tak ingin dia menungguku terlalu lama jika aku tetap berada diruang rapat ini.
“Kyuhyun-ssi.” Tegur seseorang yang tak lain adalah atasanku. Wajahnya terlihat sangat menyeramkan. Dia termasuk orang yang berkepribadian keras. Mungkin sedari tadi dia memperhatikanku yang tak berkonsentrasi dengan rapat ini.
“Ne sangjanim?”
“Apa yang kau pikirkan? Apa kau tak dengar aku dari tadi memanggil-manggil namamu?” tanyanya keras. Aku hanya menunduk.
“Cwe song hamnida.” Perlahan aku mengangkat wajahku yang tadi tertunduk. “Sangjanim bolehkah aku permisi sekarang? Aku ada sedikit keperluan.” Pintaku nekat. Aku tau pasti dia akan mengomel setelah mendengar permintaanku tadi. Tapi aku tak peduli, yang aku inginkan sekarang hanyalah bisa bertemu Seohyun. Sudah hampir seminggu ini kami jarang bertemu. Dia akhir-akhir ini cukup sulit untuk ditemui.
“Pergi kau sekarang juga dari ruang rapat ini!! aku tidak membutuhkan karyawan seperti dirimu! Aku benar-benar kecewa dengan kinerjamu akhir-akhir ini.” perintahnya. Aku sudah mempersiapkan diri mendengar keluh kesahnya padaku. Sekali lagi aku hanya menunduk. Sementara itu, beberapa rekan kerjaku hanya menatap kearahku dengan sorot mata yang tak bisa kuartikan.
“Cwe song hamnida.” Hanya itu yang bisa aku ucapkan. Lalu dengan perlahan aku beranjak dari kursiku.
“Besok aku tunggu surat pengunduran dirimu diatas meja kerjaku.” Ujarnya. Aku menghentikan langkahku mendengar itu. Menarik nafasku pasrah lalu melanjutkan langkahku meninggalkan ruangan yang mungkin ini untuk terakhir kalinya aku menginjakan kaki disini.
Setelah sampai dihalte bus aku segera mengambil ponselku dan menghubungi Seohyun.
“Yaobohaseyo Jagi~” riangku setelah dia mengangkat teleponnya. Aku buat nada bicaraku seceria mungkin. Agar dia tak tau masalahku dikantor hari ini.
“Ne,oppa.” Sautnya terdengar begitu pelan. Suaranya seperti tak bersemangat. Terdengar lemah sekali.
“Gwenchana Jagi? Mianhae mungkin aku sedikit terlambat.” sesalku.
“Ne, Gwenchana oppa. Kita bertemu ditaman ya oppa.” Ucapnya lagi. suaranya benar-benar kecil. Bahkan aku hanya bisa mendengarnya samar-samar.
“Jagiya ak…” kalimatku terputus setelah terdengar bunyi ‘tut..tut..’ pertanda dia telah mematikan teleponnya. Perasaanku langsung gelisah. Apa dia benar baik-baik saja? tidak seperti biasanya dia langsung menutup teleponku. Apa dia sudah ada ditaman sejak tadi? Tanpa menunggu bus datang aku segera pergi ketaman dengan berlari. Aku tak ingin dia menungguku terlalu lama.
– 2 hours later –
Sudah hampir dua jam aku menunggu Seohyun. Tapi dia tak datang-datang juga. Aku terus mencoba untuk menghubungi ponselnya. Namun juga tak ada jawaban. Pesan yang aku kirimkan juga tak ada satupun yang dibalas. Kenapa tiba-tiba seperti ini? Apa dia benar baik-baik saja? Aku benar-benar mencemaskannya.
Karena tak kunjung datang, aku memutuskan untuk menyusul kerumahnya. Aku takut terjadi apa-apa dengannya.
Ting tong. Ting tong.
Aku menekan bel rumahnya. Tapi juga tak ada jawaban. Terlihat tak ada orang sama sekali. Tak ada satupun lampu rumahnya yang menyala. Ada apa ini? tak seperti bisanya dia seperti ini.
– 2 months later –
Aku terduduk disofa apartmentku. Hidupku seperti tak terurus belakangan ini. Aku tiba-tiba kehilangan jejak Seohyun. Setelah malam itu aku benar-benar tak bisa bertemu lagi dengannya. Aku sudah mencarinya kemana-mana namun tetap tak menemukannya juga. Bahkan aku juga kehilangan jejak adik sepupunya yang selama ini dekat dengannya, Hyoo Won. Aku sudah menghubungi semua nomor telepon orang-orang yang dekat dengannya. Tapi tak ada satupun yang tau keberadaan Seohyun. Kemana dia? Kenapa tiba-tiba seperti ini? Biasanya aku selalu bisa memukannya sekalipun dia jauh dariku. Apa dia sengaja menghindariku? Tapi apa alasannya? Apa aku memiliki salah padanya? Dia bukan gadis yang seperti itu. Seohyun akan berterus terang padaku jika ada sesuatu yang menganjal dari hubungan kami.
Aku sempat berpikir untuk membencinya karena dia pergi meninggalkanku tiba-tiba seperti ini. Tapi mengapa jika aku mengatakan itu aku seperti membohongi diriku sendiri dan itu benar-benar menyakitkan.
Ting tong.
Bel apartementku berbunyi, membuatku sadar dari lamunanku tentang Seohyun. Aku segera menghapus air mataku yang tadi sempat mengalir. Lalu berjalan perlahan mendekati pintu. Betapa terkejutnya aku saat membuka pintu dan melihat siapa yang datang. Seohyun. Ne, orang yang sekarang berdiri dihadapanku adalah Seohyun. Gadis yang selama ini tiba-tiba menghilang dan sekarang tiba-tiba muncul lagi dihadapanku.
“Oppa. Gwenchana? Kenapa keadaanmu seperti ini?” cemasnya sambil memegangi kedua pipiku. Tangannya terasa dingin. Wajahnya juga terlihat berbeda. Terlihat lebih pucat. Tubuhnya lebih kurus.
Aku hanya bisa diam menatapnya. Apa maksudnya ini? Sekarang tiba-tiba muncul dihadapanku dan seperti menganggap semuanya baik-baik saja. Air mataku memaksa untuk keluar tapi dengan sekuat hati aku mencoba menahannya.
“Kenapa apartementmu juga berantakan sekali?” Tanyanya lagi sambil menengok kedalam, kearah ruangan yang tepat dibelakangku. Sekali lagi tak ada jawaban yang keluar dari mulutku.
“Kenapa menatapku seperti itu?” tanyanya yang mencoba memahami keadaanku sekarang. “Mianhae, saat itu ak…”
“Pergi!” ucapannya terputus karena permintaanku agar dia pergi. Entah kenapa kata-kata itu yang keluar. Mungkin aku tak ingin dia terlalu lama disini karena air mataku pasti akan jatuh sesaat lagi. Aku tak ingin dia melihatku menangis hanya karenanya.
“Oppa..” lirihnya. Suaranya lemah persis saat aku mendengar suaranya ditelepon terakhir kalinya dua bulan yang lalu.
“Pergilah! Aku tak ingin melihatmu disini! Kau lihat keadaanku sekarang?? Aku kehilangan pekerjaanku karenamu. Aku memaksa untuk meninggalkan kantor karena aku ingin bertemu denganmu. Tapi apa? kau malah tak datang bahkan kau menghilang selama dua bulan. Sekarang kau tiba-tiba muncul seperti ini. Apa kau sedang mempermainkanku, HAH??” aku mengeluarkan semua yang selama ini aku pendam. Sifat egoisku tiba-tiba muncul, aku tak membiarkannya menjelaskan sesuatu apapun padaku. Entah kenapa aku jadi berteriak padanya. Padahal aku sama sekali tak pernah berteriak sebelumnya.
“Oppa mianhae.” Air mata mengalir perlahan dipipinya. Ya, tuhan aku tak bisa melihatnya menangis. Ternyata rasanya lebih menyakitkan melihatnya menangis dibandingkan dengan perasaanku yang terluka sekarang.
“Pergilah!” pintaku lagi tanpa menatap matanya. Aku bingung dengan kondisi saat ini. Apa yang aku harus perbuat sekarang? Apa benar tindakanku ini?
Seohyun masih tetap menangis, wajahnya semakin terlihat pucat. Tapi aku mencoba untuk tak memperdulikannya. Aku segera menutup pintuku dan mmembiarkannya diluar. Tapi kenapa hatiku terasa sakit melakukan itu?
Setelah menutup pintu aku segera pergi kedalam kamar mandi. Air mata kini sudah membasahi wajahku. Aku melemparkan semua barang-barang yang ada dihadapanku dan berteriak. Aku menatap kaca yang ada dihadapanku. Aku benar-benar bodoh! Kenapa aku menjadi egois seperti ini? Seharusnya aku mendengar penjelasannya terlebih dahulu sebelum menyuruhnya pergi. Ada apa denganku? Kenapa menyalahkannya atas semua ini? Aku tidak tau kondisinya yang sebenarnya. Aku benar-benar bodoh!!
“KAU BODOH KYUHYUN!!” teriakku pada bayanganku yang ada didalam cermin.
Praaaaang.
Aku memukul cermin yang ada dihadapanku. Cermin itu mulai retak dan tak lama darah segarpun mengalir dari tanganku. Aku segera berlari untuk mengejar Seohyun dengan kondisi tangan yang seperti itu. Aku tak ingin kehilangannya lagi karena aku benar-benar mencintainya.
Aku berlari terus sampai tiba diloby apartment. Saat tiba diloby aku melihat kerumunan orang disana. Penasaran dengan apa yang terjadi, aku mendekat kearah kerumunan orang itu. Dan aku mendapatkan gadis yang aku cintai tergeletak dilantai. Segera saja aku memeluknya.
“Seohyun-ah ireona!” aku menguncang kedua bahunya tapi dia tetap tak membuka kedua matanya. “Ada apa dengannya?” tanyaku pada orang-orang yang ada disitu.
“Tadi dia tiba-tiba saja pingsan.” Jawab salah satu orang dengan nada yang cemas.
Aku menatap wajah Seohyun lagi. Wajahnya terlihat sangat pucat. “YAA!! Apa yang kalian lakukan? cepat panggilkan ambulans!!” teriakku lagi pada orang-orang itu. aku benar-benar panic saat itu.
~Seoul International Hospital~
“Kau sadar dengan apa yang kau lakukan oppa??” seseorang berteriak dihadapanku. Dia adalah Yoona,  sepupu Seohyun.
Aku hanya tertunduk setelah mengetahui kondisi Seohyun saat ini.
“Apa kau tau hari ini dia memaksa untuk pergi dari rumah sakit hanya karena ingin bertemu denganmu? Tapi apa yang kau lakukan, HAH!?” Yoona tak henti-hentinya menangis sejak tadi. Raut kecemasan terlihat jelas diwajahnya. Aku tau dia begitu mencemaskan Seohyun. Hanya dia yang tau kondisi Seohyun selama ini.
“Apa yang terjadi sebenarnya?” tanyaku perlahan.
“Seohyun onnie tak mengijinkan aku menceritakan ini padamu. Dia tak ingin kau mencemaskannya.” Ceritanya perlahan. “Malam itu, tepat dihari jadi kalian dia memaksa untuk pergi walau aku sudah melarangnya. Tapi dia tetap pergi walau kondisinya tak memungkinkan. Aku mengikutinya dan menemukannya pingsan ditengah perjalanan sampai akhirnya onnie tak sadarkan diri selama kurang lebih dua bulan.” Air mata Yoona terus mengalir saat menceritakan itu.
“Apa penyakitnya? Jadi seminggu sebelumnya dia tak pernah menghubungiku karena itu?” tanyaku. Apa itu semua benar? Betapa bodohnya aku bisa tak mengetahui semua itu. Padahal aku selalu merasa akulah orang yang tau segalanya tentang Seohyun.
“Ne. Leukimia. Itu yang membuat onnieku selalu berada dirumah sakit ini.”
“Kenapa dia melakukan ini padaku? Kenapa dia tak menceritakannya padaku?” tanyaku dengan air mata yang turun dari kedua pelupuk mataku.
“Onnie begitu mencintaimu oppa. Dia tak ingin kau cemas.” Lanjutnya.
Aku menundukkan kepalaku, membiarkan air mataku terus mengalir. Aku merasa gagal menjadi pelindung Seohyun. Aku memang bodoh! Seharusnya aku tau tentang semua ini.
#End of Flashback#
“Kenapa kau pintar sekali menyembunyikan semua ini dariku?” tanyaku pada Seohyun. Namun tak ada jawaban. Dia masih tetap menutup matanya. Sudah hampir 10 bulan dia terdiam seperti ini. Dokter sudah mengatakan menyerah dengan kondisinya tapi aku tetap yakin bahwa dia akan bangun dari tidur panjangnya ini.
Setiap hari aku rutin mengunjunginya. Mengajaknya berbicara walau orang-orang pasti akan berpikir kalau aku ini gila. Aku tak perduli. Yang aku inginkan hanya Seohyun bisa segera sadar dan aku ingin meminta maaf padanya.
“Jagiya~” aku mengecup punggung tangannya. “Apa kau lupa besok adalah hari jadi kita yang ke-tujuh? Tak terasa saat ini kita sudah mencapai tahun ke-tujuh. Banyak perubahan yang kau lakukan padaku selama itu. Aku ingin kita kembali seperti dahulu. Aku ingin kau selalu mengomel padaku karena aku lupa makan saat terlalu asik bermain game. Dulu bukankah kita berjanji akan tetap bersama sampai tahun ke-tujuh. Lalu tahun ke-empat belas, ke-dua puluh satu dan seterusnya. Masih ingatkan pohon yang ada ditaman itu. Kita mengukir nama kita disana. 7 years of love. SeoKyu. Dan akan berjanji kembali ketempat itu saat kita merayakan hari jadi kita yang ke-tujuh.” Ceritaku penuh dengan semangat walau aku merasa air mataku sudah mengalir dipipiku.
Aku merebahkan kepalaku disisinya. Dan menggerakkan tangannya kearah rambutku. Memejamkan mataku perlahan dan tertidur disisinya.
“Oppa..” aku mendengar suara Seohyun memanggilku. Mungkin ini mimpi. Tapi itu terdengar jelas sekali. “Oppa..” aku mendengar suaranya lagi. Dan aku merasakan ada yang membelai rambutku. Seohyun. Aku bisa merasakannya. Itu dia. Tapi aku takut saat aku terbangun itu hanya mimpi.
Aku membuka mataku perlahan. Samar-samar aku melihat seorang gadis tengah tersenyum padaku. Senyuman itu begitu teduh. Senyuman yang dahulu sering aku lihat. “Oppa..” panggil gadis itu lagi. Seketika air mataku jatuh. Ini nyata bukan mimpi. aku melihat gadis yang benar-benar aku cintai memanggilku.
“Seohyun-ah.” Aku langsung memeluknya. Dia benar-benar Seohyun. Akhirnya dia bangun juga. Aku merindukannya.
“Oppa pelukanmu terlalu erat. Aku sulit untuk bernafas.” Eluhnya. Mungkin memang benar pelukanku ini terlalu erat. Aku terlalu gembira melihat semua ini.
“Mianhae.” Aku sedikit meranggangkan pelukanku lalu menatapnya. Wajahnya masih terlihat pucat.
“Oppa apa aku terlalu lama tidur? Apa kau tak lelah menungguku?” tanyanya. Itu adalah pertanyaan bodoh yang pernah aku dengar.
“Apa dokter sudah memeriksa keadaanmu?” aku  tak memperdulikan pertanyaannya tadi.
Dia mengangguk perlahan. “Tadi pagi saat aku terbangun oppa terlihat begitu lelah. Semalaman oppa tidak tidur ya? Jadi saat dokter memeriksaku aku tak membiarkannya untuk membangunkan oppa.” Beri tahunya. Aku senang mendengar itu.
Aku tersenyum menatapnya. “Jangan tinggalkan aku.” pintaku. Dia tersenyum lalu mengangguk.
“Aku mencintaimu oppa.” Ujarnya.
“Na do jagiya~”
“Oppa.”
“Mwo?”
“Kita pergi ketaman itu ya?” ajak Seohyun.
“Mwo?? Ani!!” aku menolak itu dengan tegas. Mana mungkin disaat kondisinya yang bisa dibilang masih cukup lemah, aku membawanya pergi ketempat itu.
“Oppa.” Rengeknya. “Apa kau lupa janji kita?”
Aku terdiam. Tidak mungkin aku melupakan janji itu. Tapi aku mencemaskan keadaannya.
“Oppa.” Panggilnya lagi.
“Tapi ini sudah malam jagi~” aku melirik jam dinding yang ada diruangan ini. jarum jam menunjukan pukul 10 malam. Tidak mungkin aku membawanya kesana malam-malam seperti ini.
–11:25pm–
Aku akhirnya menyerah pada rengekannya. Kami pergi diam-diam dari rumah sakit sampai akhirnya tiba ditaman ini. Taman dimana 7 tahun lalu aku mengungkapkan perasaanku padanya. Namun cuaca tak begitu mendukung. Hujan turun cukup deras sehingga kami tetap bertahan dalam mobil.
“Oppa kita turun saja. Jika menunggu hujan berhenti pasti akan lama. Lagi pula kita bisa berteduh dibawah pohon itu.” pinta Seohyun.
“Yaa! Jagiya ini masih hujan. Kondisimu juga masih lemah. Lebih baik sekarang kita kembali kerumah sakit saja.” aku segera menghidupkan mesin mobilku dan berniat kembali kerumah sakit. Namun Seohyun menahan tanganku.
Seohyun mengelengkan kepalanya tidak setuju dengan usulku kembali kerumah sakit. “Beberapa menit lagi hari ini akan berakhir oppa. Bukankah dulu kita berjanji akan berada dibawah pohon itu berdua tepat hari ini.”
Aku kembali teringat masa 7 tahun yang lalu. Pohon itu menjadi saksi bisu cinta kami. Sekarang tepat 7 tahun dan beberapa meter lagi kami sampai dibawah pohon itu.
“Geundae..” aku ragu. Aku tak ingin melakukan ini. “Tapi masih ada hari esok jagi~” lanjutku. Dia tetap tak menyetujuinya.
“Aku ingin hari ini. Tepat 7 tahun kita melewati hari-hari kita bersama.” Kukuhnya dengan wajahnya yang pucat itu.
Setelah berdebat cukup lama, untuk kedua kalinya aku menyerah. Ternyata memang benar paling sulit saat harus menolak setiap rengekannya. Tapi kali ini dengan syarat, ini adalah terakhir kalinya dia boleh meminta hal yang aneh-aneh padaku saat kesehatannya yang tidak begitu baik.
“Oppa ukiran ini masih ada. Bahkan masih terlihat jelas.” Seohyun meraba tulisan yang kami ukir 7 tahun lalu itu. Matanya terlihat berkaca-kaca. Perlahan-lahan matanya yang bening itu mengeluarkan air. Dia menangis walau bibirnya mencoba untuk tersenyum.
Aku menghapus air mata itu dengan ibu jariku. “Seohyun-ah Saranghae. Tetaplah berada disisiku. Menikahlah denganku.” Pintaku spontan. Tapi permintaan itu jauh dari lubuk hatiku paling dalam. Aku ingin melindunginya sampai akhir. Mungkin sampai waktu tuhan akan memanggilnya kembali. Dan aku ingin saat itu aku selalu berada disampingnya. Menggenggam tangannya dan memberinya kekuatan.
Seohyun menatapku. Tatapan mata yang begitu teduh walau disertai air mata. “Gomawoyo oppa. Jeongmal saranghae yo.”
Aku tersenyum dan langsung memeluknya. Tubuhnya rapuh. Aku takut jika pelukanku ini menyakitkan untuknya. Perlahan dia melepaskan pelukannya dan menatap wajahku lagi. Dia mengecup singkat bibirku. Terasa dingin. Wajahnya juga terlihat semakin pucat dan tubuhnya mulai menggigil. Tetes air hujan yang berasal dari dedaunan diatas kami sesekali jatuh mengenai tubuhnya. Aku kembali menariknya dalam pelukanku. Dapat aku rasakan Seohyun menyandarkan kepalanya pada dadaku. Aku berusaha menyelimuti tubuhnya yang rapuh ini dengan coat panjang yang aku kenakan, berharap ini bisa memberinya sedikit kehangatan.
“Jagiya kita kembali kerumah sakit sekarang ya? ini sudah tengah malam.” tanyaku perlahan.
Seohyun menggelengkan kepalanya didadaku. “Anio. Semenit lagi hari ini akan berakhir oppa. Tetaplah seperti ini.”pintanya. Suaranya yang lemah membuatku miris. Ya Tuhan, berikanlah dia kekuatan. Jangan bawa di pergi dari hidupku sekarang. Aku ingin selamanya seperti ini.
Aku mengelus rambutnya perlahan. “Kau ini memang benar-benar keras kepala ya?” tanyaku dengan nada menggodanya. Namun aku tak mendengar jawaban darinya. Aku semakin mengeratkan pelukanku. Tubuhnya lemah sekali bahkan aku merasa dia seperti mulai kehilangan tenaganya.
– 12:00am –
“Jagiya kita kembali kerumah sakit ya? hari ini sudah berakhir.” Ajakku lagi sambil berusaha merenggangkan pelukannya. Tapi tiba-tiba dia seperti tak bisa menahan tubuhnya sendiri. Wajahnya lebih pucat dari sebelumnya, mulutnya menggigil dan berwarna biru. “Oppa saranghae.” Ucapnya terbata-bata saat aku menahan tubuhnya. Matanya perlahan mulai terpejam.
“Jagiya. Jagiya.” Aku panic. Aku tak tau apa yang terjadi. Aku mencoba menguncang tubuhnya. Tuhan, aku mohon jangan ambil dia sekarang. Kenapa begitu cepat? Masih ada banyak 7 tahun lagi yang ingin kami lewati bersama. Aku mencintanya. Jangan ambil dia dari sisiku.
“JAGIYAAAAAAAAAA!!”
We meet for seven years..
No one knew we would say goodbye this easly..
However we still separated..
With the memories we built for a long time, now gone..
How did we at such a young age..
Meet each other, I don’t even remember how..
Difficult for us to handle the maps of our changing selves..
They said saying goodbyes are painful..
But I didn’t even have time to feel that..
I just thought this is the way staying composed..
But I cried, time passed it gave me a simple yearning..
Different from what my mind was seeing..
At first friends then next as lovers..
We said we’d stay as friends even if we separated..
During those three years spent alone..
We contacted each other sometimes..
Even if I meet someone else again..
Even I loved again..
Whenever I was sad I would call you without a word just tears falling..
You have to meet a good person..
I thought in my heart without any words..
I asked if you still liked me without any thought hoping you say it back..
I know, We had the most pure love..
Back then we thought that kind of love couldn’t be done again, we saved it in our memories..
Often I feel a cold feeling from you..
But now I know you can not ask anything…
— The End —
leave your comment please ^^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar